Metode Spirit Islami untuk Menjaga Kesehatan Mental Gen Z

Teknologi yang semakin canggih membuat manusia acap kali terlena. Mulai dari melupakan kesehatan hubungan keluarga, tetangga, kesehatan dirinya sendiri, hingga kesehatan mental yang sebenarnya sangat penting. Terutama pada era sekarang yang lebih mengarah kepada Generasi Z (lahir tahun 1997–2012) dan Generasi Alpha (lahir tahun 2013 sampai sekarang). Mereka adalah generasi yang seharusnya bermental kuat, sehat jasmani dan rohani, sehingga dapat membawa dampak perubahan positif bagi peradaban.
Mental adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan batin dan watak manusia, bukan bersifat fisik atau tenaga. Kata mental berasal dari bahasa Latin mens, mentis yang bermakna jiwa, nyawa, sukma, roh, dan semangat. Sedangkan menurut psikiatri dan psikoterapi, mental mencakup seluruh unsur jiwa seperti pikiran, emosi, dan perasaan, yang dapat menentukan sikap manusia dalam menghadapi sesuatu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mental adalah kondisi jiwa atau batin seseorang Memahami kesehatan jiwa menjadi sangat penting di era modern, sebab semakin kesini banyak orang yang melupakan kesehatan, dan kedamaian jiwanya. Meskipun kemajuan ilmu, teknologi, dan industri memberikan kemudahan, semua itu belum tentu menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa manusia. Perubahan sosial dan budaya yang menyertai perkembangan peradaban justru membuat kebutuhan dan masalah hidup semakin kompleks. Di sinilah agama berperan membimbing manusia meraih kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Menurut Akhmad Samnuranto dalam skripsinya Pengaruh Kesehatan Jiwa terhadap Akhlak dalam Pemikiran Ibn Miskawayh, gangguan kesehatan jiwa berdampak buruk terhadap kesejahteraan hidup. Gejalanya dapat muncul dari perasaan (gelisah, iri, kecewa, putus asa, marah, sedih), dari aspek pikiran (sulit berkonsentrasi, sering lupa, menurunnya kemampuan berpikir), serta dari perilaku (mengganggu, mencuri, menyakiti, memfitnah). Jika gangguan ini tidak ditangani, dapat memicu penyakit psikosomatik, yaitu penyakit jasmani yang dipengaruhi gangguan jiwa, seperti hipertensi, kelumpuhan, gangguan pencernaan, lemah saraf, hingga depresi.
Depresi adalah kondisi emosional yang ditandai kesedihan ekstrem, merasa tidak berharga, dan merasa bersalah. Menurut Gerald C. Davison (2004), depresi juga memunculkan gejala penarikan diri, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, serta kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Dampak lanjutan dapat berupa mudah lelah, mudah marah, bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri. Karena itu, depresi memerlukan penanganan medis profesional secepatnya. Dalam perspektif Islam, depresi tidak hanya dipahami dari sudut pandang medis, tetapi juga erat kaitannya dengan keyakinan terhadap qada dan qadar takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dalam ajaran Islam, seseorang dididik untuk menghadapi ujian hidup dengan ketenangan hati, karena semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Jika keyakinan ini tertanam kuat, maka dapat menghadirkan ketenteraman batin bagi mereka yang mengalami depresi, sebab mereka meyakini bahwa setiap ujian mengandung hikmah dan pelajaran dari Allah SWT.
Spiritualitas dan keimanan memang memiliki peran besar dalam kesehatan mental. Orang yang berpegang teguh pada nilai agama umumnya memiliki mental yang lebih stabil karena iman menjadi sumber ketenangan dan kekuatan, terutama ketika menghadapi masa-masa sulit. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki pegangan agama akan lebih sulit menerima takdir, sehingga rentan merasa putus asa, gila, bahkan mengakhiri hidupnya. Praktik ibadah seperti salat, membaca al-Qur’an, dan doa memiliki efek positif yang besar untuk menumbuhkan rasa damai, harapan, serta membantu mengurangi putus asa. Oleh karena itu, orang yang memiliki mental sehat juga akan memiliki keimanan yang sehat.
Oleh: Moch Farid Muqorrobin