Peran Strategis Santri dalam Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

Mahasantri berfoto bersama dengan Ketua STAI Al-Anwar, Wakil Bupati Rembang, Ketua Kementerian Agama Rembang, Wakil Rektor UNNISULA, dan Dewan Redaksi "Suara Merdeka Network" Semarang

Peran Strategis Santri dalam Pemertahanan Bahasa Indonesia

Upaya-upaya yang dilakukan oleh instansi terkait menjadi sangat penting demi menunjang peran strategis santri dalam rangka pemertahanan bahasa Indonesia di era globalisasi. Peran dan upaya tersebut dapat dijabarkan melalui penjelasan berikut ini.

  1. Transfer Pengajaran Berbasis Bahasa Indonesia

Seiring dengan pendidikan pesantren yang sudah mulai dilirik oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia dengan latar belakang budaya dan bahasa yang bervariasi, pendidikan pesantren sudah seharusnya mulai menerapkan pola pengajaran menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai sarana mentransfer pemahaman, bahasa menjadi alat utama yang mulai  disadari oleh para pengajar di wilayah pesantren. Hal tersebut tidak kemudian menjadi kekhawatiran akan tergesernya nilai pemertahanan budaya dan bahasa lokal  yang terdapat di wilayah pesantren tersebut, karena budaya dan bahasa lokal sudah secara alami dipraktikkan para santri di luar kegiatan belajar dan mengajar di pesantren.

  1. Pembudayaan Membaca Buku Berbahasa Indonesia

Dalam tradisi pesantren, khususnya salaf, bahan ajar yang diterapkan lebih sering menggunakan kitab atau buku berbahasa Arab. Hal tersebut selain menjadi ciri khas sebuah pesantren, adalah upaya merefleksikan tradisi keilmuan klasik sebagai warisan ilmu pengetahuan berbasis agama Islam. Sebagian besar pesantren menilai warisan itu lah yang menjadikan agam Islam menunjukkan kemapanannnya dalam hal ilmu pengetahuan. Seperti ilmu fiqih, akidah, gramatika Arab, seprti nahwu, sharaf, balaghah, manthiq, dan lain sebagainya. Hal yang terpenting dari bahan ajar berbasis bahasa Arab adalah upaya untuk memahami Alquran dan Hadis yang juga berbahasa Arab.

Namun demikian, untuk mengelaborasi pendidikan yang lebih efektif, membaca buku-buku berbahasa Indonesia juga dianggap penting. Buku berbahasa Indonesia akan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia dan dapat diaplikasikan sesuai dengan salah satu fungsi pesantren, yaitu dakwah. Dengan penguasaan kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaannya akan lebih mudah diterapkan saat sudah mulai berdakwah di tengah masyarakat nantinya. Oleh karena itu, santri diharapkan tidak bersikap antipati terhadap budaya membaca buku-buku berbahasa Indonesia.

  1. Pelaksanaan Musyawarah Berbahasa Indonesia
Baca Juga:  Revitalisasi Kesadaran Generasi Muda Dalam Gerakan Indonesia Merdeka Sampah

Sebagai alat terpenting berkomunikasi, bahasa sangatlah penting digunakan untuk menguraikan ataupun memberikan pemahaman kepada objek yang terlibat dalam komunikasi, salah satunya adalah saat berdiskusi atau musyawarah. Budaya musyawarah sudah sering dilaksanakan oleh sebagian besar atau bahkan seluruh pesantren di Indonesia. Dimana budaya tersebut untuk melatih daya pikir kritis santri memahami teks serta makna yang dikandung dalam sebuah kitab berbahasa Arab yang didiskusikan menggunakan bahasa Indonesia. Biasanya, kajian fikih yang banyak mengundang banyak minat dalam melaksanakan progam musyawarah ini, karena fikih adalah ilmu yang bersifat furu’ atau cabang, sehingga yang dilahirkan fikih bersifat dinamis dan eksis dalam merespon realitas problematika masyarakat. Di dalam forum musyawarah atau diskusi sangatlah penting diterapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, agar nantinya siapapun yang terlibat di dalam forum dapat memahami serta melatih daya pikir yang lebih kritis melalui pembiasaan berbahasa Indonesia.

  1. Penerbitan Media Cetak Berbahasa Indonesia

Di era globalisasi saat ini, banyak kelompok atau komunitas yang bergerak di bidang media informasi, baik online maupun offline. Sebagian besar pesantren sudah memiliki akun media sosial berbasi online, seperti instagram, facebook, twitter, dan lain sebagainya yang digunakan untuk berbagai macam kepentingan, utamanya adalah media dakwah. Demikian juga penyebaran media berbasis offline, seperti majalah ataupun mading. Penyebaran media tersebut tidak lain adalah upaya memberikan informasi kepada para santri serta pembelajaran yang secara khusus diberikan kepada santri yang mengelola penyebaran media tersebut. Santri yang terlibat dalam pengelolaannya, secara otomatis mengetahui dan belajar proses pembuatan majalah ataupun mading dengan memperhatikan aspek penulisan dan kebahasaannya sebelum disajikan kepada khalayak umum sebagai upaya dan bekal memberdayaan masyarakat daerahnya masing-masing nantinya.

  1. Pengenalan dan Penerapan Metode Penerjemahan Kitab ke dalam Bahasa Indonesia
Baca Juga:  Kurang Tepat dan Kurang Berhasilnya Bantuan Pemerintah

Salah satu upaya strategis yang terakhir adalah mengenalkan dan menerapkan metode penerjemahan kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Jarang ditemukan pesantren yang secara khusus mengenalkan dan menerapkan metode pembelajaran dengan metode penerjemah. Sebagian besar pesantren hanya mengenalkan pemahaman makna teks atau biasa disebut makna murod. Biasanya, para santri hanya mengandalkan penjelasan atau ulasan dari guru saat menjelaskan. Santri tidak begitu tahu dan menyadari bahwa terdapat metode khusus dalam memahami teks bahasa asing, yaitu metode penerjemah.

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam memberdayakan sumber daya manusia melalui pemertahanan serta pemberdayaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga menempati kedudukan penting sebagai sarana mentransformasikan pemahaman secara plural, karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara yang merupakan simbol persatuan atas karakter bangsa yang multikultural.

Beberapa progam yang dapat mendukung pemertahanan serta pemberdayaan bahasa Indonesia di kalangan santri di era globalisasi ini perlu melibatkan peran dari instansi pondok pesantren itu sendiri. Pondok pesantren dituntut untuk membekali santri dengan pendidikan, khususnya sikap berbahasa yang sehat agar siap terjun mengabdi di masyarakat. Lebih lanjut, instansi pondok pesantren yang merupakan salah satu instansi pendidikan di Indonesia juga berperan strategis dalam menyiapkan generasi muda khususnya santri untuk meraih Indonesia tangguh.

Penulis: Taftazani Ahmad, Ewanti, Ma’rifatul Wakhidah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *