SISTEM GOTONG ROYONG DALAM PROSES PENYEMBELIHAN DAN PEMBAGIAN DAGING KURBAN
Wangkuk-Narasi Garda Pena-Tepat pada Kamis (29/6) atau 10 Dzulhijah 1444 H sebagian orang yang beragama Islam khususnya warga Nadhiyin akan melaksanakan salat Idhul Adha. Tidak ketinggalan juga warga di daerah Wangkuk, Warukkalong, Kwadungan, Ngawi yang sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Bila mana dilihat dari raut wajah, mereka sangatlah bahagia para sanak keluarga ramai-ramai mendatangi Masjid Al-Falah untuk melaksanakan Salat Idhul Adha. Sebagaimana tradisi yang berjalan setelah kegiatan salat Idul Adha maka di Masjid Al-Falah itu juga akan diadakan penyembelihan dan pembagian daging kurban. Penyembelihan terletak di lapangan depan masjid karena tempat tersebut masih berupa tanah sehingga darah yang mengalir dari hewan kurban tidak berceceran di Masjid.
Berbeda dengan apa yang terjadi di daerah lain, jika ada penyembelihan kurban maka akan dilakukan oleh beberapa orang yang menjadi panitia. Para warga dusun Wangkuk ini berbondong-bondong untuk saling membantu dalam proses penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban. Kebanyakan hewan yang dikurbankan pada saat itu ialah hewan jenis kambing jawa. Saat itu kambing yang dikurbankan berjumlah 13 ekor. Hadir juga dari kalangan anak-anak kecil yang ikut menyaksikan penyembelihan hewan kurban sambil menyuarakan gema takbir.
Sebagaimana dari hasil wawancara kepada bapak Sadirin yakni orang yang berpengaruh dalam urusan Masjid Al-Falah mengatakan bahwa “jika dibuatkan panitia ya tidak bisa kalau orang kampung sini, soalnya ngaturnya sulit dan jika dibuatkan panitia maka proses pembagian daging tersebut akan berjalan lama”, begitu ujarnya. Kejadian seperti ini sebenarnya juga membawa kebaikan karena hal itu bisa membawa tambahnya tali silaturahmi antar warga, sosialisme juga tinggi rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Yang dikatakan oleh narasumber tadi memang benar, sebab pada pukul 10.00 siang proses pembagian daging hewan kurban sudah selesai dan merata ke seluruh warga kampung.
Penulis: Badrudin Farhan Maqoshidana