FENOMENA ANAK PUNK USIA DINI DI JALANAN, APA LATAR BELAKANGNYA?
Rembang, Narasi Garda Pena- Akhir-akhir ini banyak terjadi fenomena akan masalah pendidikan terhadap anak usia dini. Hal ini menjadi permasalahan sosial yang harus diteliti mengenai apa latarbelakang anak-anak ini bisa hidup dijalanan sehingga membuat mereka putus sekolah, yang mana kita tahu bahwa sekolah adalah asupan pokok dalam mendidik anak-anak usia dini yang masih labil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka bisa hidup seperti ini, diantaranya kurangnya rasa perhatian orang tua terhadap anaknya, yang mana perhatian orang tua terhadap anaknya itu menjadi faktor utama terhadap perkembangan anak. Ketika sang anak usia dini ini tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya, mereka akan merasa kebingungan akan menjalani hidup mereka, sehingga hidup di jalanan adalah salah satu efek dari rasa kebingungan mereka.
Faktor lain yang menjadikan mereka hidup di jalanan adalah adanya perseteruan di dalam keluarganya, yang mana perseteruan ini menimbulkan perpisahan antara kedua orang tua. Ketika dalam keadaan seperti ini, ada tiga kondisi anak yang akan terjadi pertama, anak akan diasuh oleh salah satu dari kedua orang tuanya. Kedua, anak akan ditelantarkan, dikarenakan kedua orang tuanya yang enggan mengasuh. Ketiga, sang anak merasa sedih dan kesal terhadap kedua orang tuanya, sehingga anak ini mengambil pilihan sendiri untuk melampiaskan kekesalannya dengan menjauh dari kedua orang tuanya (hidup di jalanan).
Gonjol (nama samaran) adalah salah satu anak berusia 12 tahun yang sudah hidup dijalanan selama 3 bulan. Dia hidup di jalanan bersama dengan 3 teman seumurannya, yang mana setiap harinya mereka mengamen di jalanan sebagai kebutuhan guna menyambung hidup. Tak cuma itu, selain mengamen mereka juga terkadang meminta kepada orang-orang yang mereka temui di jalanan, biasanya rokok.
Dalam wawancara kami terhadap Gonjol, dia memberikan satu alasan kenapa dia bisa hidup seperti ini, “Yah karena masalah orang tua kang, maksudnya mereka ngga terlalu peduli sama kita mau hidup seperti apa, saya main sampai pulang malem juga mereka ngga peduli”. Kami juga menanyakan pendapatan hasil mengamen mereka setiap harinya, “Biasanya sehari 30 ribu sampai 50 ribu”.
Dari hasil wawancara ini kita dapat pelajaran bahwa pentingnya perhatian orang tua terhadap anaknya, karena bagaimanapun merekalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Seandainya ke depannya, ditemukan lebih banyak fenomena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, maka akan menimbulkan kerusakan suatu bangsa.
Penulis: Mohammad Adif