NIR

Oleh: M. Luhfi Nazhif
Dialah sang penguasa pertama, NIR sang penjinak adalah julukan kebesarannya. Semua ras, dari manusia hingga raksasa mengikuti kehendaknya, para burung selalu menggaung-gaung namanya. Sebab adalah hukum. Titahnya adalah kewajiban, murkanya bak bencana yang meluluh lantakkan semesta. Semua kesinambungan dan keseimbangan benua ini ada karena dirinya.
Ketika Nir pergi ke pertapaan selama 100 tahun, semuanya sudah benar-benar bertransformasi. Para ras yang memiliki kecerdasan yang hampir setara dengan Nir mulai bertindak semena-mena, mereka membuat-buat sabda bara yang mengatasnamakan Nir. Beberapa di antaranya bahkan mengaku sebagai Nir yang baru. Kini dia hanya tinggal di kuil lamanya, kuil pertamanya.
“Nir hanya sebatas dongeng masa lalu, itu hanya sebuah kisah pengantar tidur,” ucap seorang raja raksasa pada 200 tahun setelahnya, sembari mengerahkan pasukannya untuk membumikan sisa-sisa peninggalan Nir juga akan sirna.
“Wahai para prajurit yang gagah, ini adalah awal dari semua omong kosong Nir, jika kita menghilangkannya, maka Nir juga akan sirna,” ucap sang raja.
Nir hanya memandang tidak peduli dari dalam kuil, bahkan tanpa ada yang mempercayai dia akan selalu ada, karena dia adalah Nir.