Bersama Buku Aku Mampu

buku

Teeeeettt, suara bel pertanda lantunan selawat mahalul qiyam akan berbunyi. Tepat pukul 7 lebih 2 menit, lantunan selawat itu pun keluar dari lubang-lubang sepiker dan nantinya akan berlarian ke seluruh kawasan Pesantren Darul Ilmi. Letak sepiker itu pun berada di atas gedung perkantoran yang paling tinggi, sehingga tidak salah bila suara mahalul qiyam menyebar pada kawasan pesantren ini. Tampak pada asrama, para santri juga mulai berlarian untuk menuju ke gedung pembelajarannya masing-masing, ada yang masih menggunakan kaus kaki, ada yang masih menggunakan baju dan paling lucu ada juga yang baru datang dari kamar mandi. Mulai dari kelas 7 MTS sampai kelas 11 MA tampak dari raut mukanya semuanya terlihat cemas jika mereka nantinya telat dan takut dihukum. Lain halnya dengan adek kelasnya, siswa kelas 12 MA terlihat santai sekali, karena mereka hari ini tidak akan masuk pembelajaran sekolah, melainkan akan diganti dengan kegiatan sosialisasi kampus dan acaranya baru dimulai pada pukul 8 pagi.

Dari sudut lorong asrama tampak ada salah satu santri yang terlihat bingung, dia duduk sambil menyenderkan punggungnya ke tiang yang berada di lorong asrama tersebut. Namanya Farma, dirinya terkenal dari beberapa sekian santri dengan persentase kebingunan yang amat tinggi sekali. Sambil meletakkan tangan kanannya untuk menjadi penyangga dari lingkaran wajahnya. Dirinya berpikir apakah akan melanjutkan belajarnya ke jenjang perkuliahan atau melanjutkan untuk masuk ke pesantren lagi yang fokus pada kitab saja. Jika melihat teman-temannya maka kebanyakan dari mereka memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan daripada hanya mondok saja. Akan tetapi dirinya merasa jika nanti masuk ke perkuliahan, dia sedikit pesimis untuk bisa melahap materi perkuliahan yang amat menyeramkan. Ada juga segelintir temannya yang juga memilih untuk masih melanjutkan mondok saja. Namun bila dia hanya mondok saja, pastinya orang tuanya tidak akan setuju karena menginginkan jika anaknya nanti bisa jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bila memilih untuk mondok saja maka akan kesulitan. Tak sadar jika dirinya telah berpikir terlalu lama, akhirnya datang temannya bernama Nurso, “Hai Far, ngapain kamu kok masih di sini, hayuk berangkat sosialisasi kampus, terburu telat lo kita nanti,” tegur Nurso. Sontak Farma pun kaget dengan tepukan tangan Nurso yang disatukan dengan pundak Farma. “Ehh, iya yaa, hayuk berangkat,” jawab Farma. Sambil menggerak-gerakkan punggungnya Farma pun berdiri sambil berjalan bersama Nurso untuk menuju ke tempat acara.

“Weh ganteng sangat kamu Far, hahaha mau baperin siapa kamu?” tanya Nurso sambil memperlihatkan wajahnya yang tampak menggoda Farma.

“Tidak mau baperin siapa-siapa, wajahku yang ganteng ini ya memang dari sananya,” sahut Farma. “Hahahaha” tawa mereka bersama-bersama. Karena tempat sosialisasi kampus berada di pondok putri maka tidak salah jika Nurso menggoda Farma yang tampilannya agak berbeda dari biasanya. Sambil menatap jalanan yang mereka lewati untuk menuju tempat acara, Nurso pun bertanya kepada Farma.

Baca Juga:  UAS Mata Kuliah kesenian STAI AL ANWAR

“He tadi kamu nglamunin apa, kok pas saya tepok pundakmu agak kaget begitu?”

“Itu Nur aku bingung apakah nanti setelah lulus kelas 12 MA mau nglanjutin ke jenjang perkuliahan atau mondok lagi,” ujar Farma.

“La katanya orangtuamu menyuruh kamu untuk kuliah biar jadi PNS,” sahut Nurso.

“Iya memang sih tetapi aku sebenarnya bingung, soalnya kan kuliah identik dengan membaca dan menulis dan aku itu orangnya belum bisa suka dengan membaca buku apalagi buku-buku yang berisi lembaran-lembaran yang sangat banyak,” jawab Farma.

“Oalah masalah itu doang yang membuat kamu bingung, kalau boleh aku bisa nyaranin Far, untuk problem yang kamu hadapi,” sahut Nurso.

“Memang saran apa Nur, kalau aku boleh tahu,” tanya Farma.

“Begini aku kemarin aku dapat info dari langit, jika kita ingin suka dengan membaca buku, maka kita harus membaca buku satu khataman, insyaallah pasti dengan sendirinya kita nanti bisa lebih banyak untuk suka membaca buku secara perlahan dan perlu kamu tahu Far, jika dengan membaca buku maka kita bisa mengerti sesuatu hal yang sebelumnya kita belum mengerti menjadi lebih tahu akan hal itu, padahal sebelumnya kita justru menyepelekan hal itu,” ucap Nurso.

“Oh jadi begitu ya, namun aku takut Nur, jika terlalu membaca buku maka aku akan membuang-buang waktu saja,” sahut Farma.

“Salah itu, justru dengan membaca buku, maka kita akan bisa memanfaatkan waktu yang luang dengan melakukan pekerjaan yang lebih bermanfaat dan berfaedah, entah nanti buat diri kita sendiri atau buat orang lain,” ujar Nurso.

Farma pun akhirnya menuruti setiap apa yang dikatakan oleh Nurso dan kemungkinan dirinya akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan karena di samping itu dia bisa menuruti apa yang diinginkan oleh orangtuanya. Bagi Farma, Nurso ini memang anak yang dibilang cukup cerdas, dan katanya dia akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan karena keinginan dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian akhirnya mereka berdua sampai pada tempat acara, dengan duduk di barisan paling depan di belakang para guru, Farma dan Nurso tampak antusias dan khusyuk mendengarkan apa yang dituturkan oleh para pemateri sosialisasi kampus yang didatangkan dari para alumni pesantren yang ditempati keduanya dan sudah masuk ke jenjang perkuliahan. Sampai pada satu pemateri ada yang membuat mata Farma agak lebih terpana, bukan karena kecantikan dari pemateri, namun karena kampus yang dibawakan oleh pemateri ini cukup menarik karena kampusnya ini gabung dengan satu yayasan pondok pesantren dan sudah pasti sistem pembelajarannya akan menggabungkan perkuliahan dengan sistem pesantren seperti biasanya. Akhirnya selesai acara, tampak di wajah Farma cukup berbinar-binar tidak seperti orang yang bingung seperti sebelum berangkat sosialisasi kampus tadi. Kemungkinan dirinya cukup mantap dengan kampus yang membuat matanya tadinya terpana dan sekarang hatinya juga sudah cukup mantap untuk memilih kampus tersebut. Farma dan Nurso pun kembali ke asrama yang juga diikuti oleh para santri lainnya. Sesampainya di asrama Farma pun mengatakan kepada Nurso jika dirinya sudah mantap dengan pilihan kampus yang ada pada sosialisasi tadi.

Baca Juga:  Mentari Untuk Abah

“Hei Nur, aku sudah mantap ini, pada kampus yang disosialisasikan oleh mba cantik tadi,” ujar Farma.

“Memang kampus yang mana? perasaan tadi ada tiga mbak-mbak yang cantik hehe,” tanya Nurso.

“Ya ada deh, tetapi yang membuatku mantap kepada kampus itu bukan karena mbaknya, namun karena sistem pembelajaran kampus yang ada di kampus tersebut,” sahut Farma.

“Ya sudahlah yang penting kamu udah ga cemberut kayak tadi, hahaha,” ejek Nurso.

“Hahaha, iya ya makasih ya atas masukan yang banyak dari kamu tadi,” ujar Farma.

“Halah itu hanya seberapa, ya aku cuma ingin temanku itu tidak keliatan susah, karena aku juga pernah membaca buku, jika sesama teman itu kita harus saling membantu dan saling support, makanya jangan lupa untuk memperbanyak baca buku ya, kalau belum suka ya sesuai saran aku tadi, okeyyy,” ujar Nurso.

“Oke siap bosku, kamu memang teman yang menyenangkan,” sahut Farma.

“Ya intinya pokok aku akan berusaha untuk lebih giat membaca buku agar aku nanti juga bisa kayak kamu,” sambung Farma.

“Siiiiiip, ini baru temanku.”

Setelah memantapkan pilihannya, hari-hari Farma pun dipenuhi dengan membaca buku, namun juga tidak lupa dengan kawajibannya sebagai hamba yang taat kepada Tuhannya. Mula-mulanya pada saat awal-awal membaca buku, dia sedikit ragu, apakah dia mampu mengkhatamkan satu buku yang dia pegang saat itu. Walaupun tidak beli, dia sudah mulai berusaha untuk meminjam buku yang ada di perpustakaan yang sudah disediakan oleh pihak pondok. Saat itu, satu persatu buku yang ada di rak dia bolak-balik, mana yang menurutnya menarik untuk dibaca. Hingga sampailah dirinya pada satu buku yang berjudul “Menjadi Manusia Menjadi Hamba” karya Bapak Fahruddin Faiz. Akhirnya tanpa pikir Panjang dia serahkan buku itu kepada petugas perpus untuk diizinkan meminjam. Di tengah perjalanan menuju asrama, dia melihat ada tulisan yang terletak di dekat langit-langit yang ada di sebuah gedung yang berbunyi, “Dengan buku maka aku mampu”. Kata-kata tersebut sebenarnya membuat dirinya lebih semangat untuk membaca buku yang dia bawa dari perpustakaan tadi. Akan tetapi entah mengapa pada saat sampai di asrama, dia mulai mencemaskan apa yang dipikirannya tadi apakah dia mampu menyelesaikan buku yang ada dipegang tangannya ini. Tak lama kemudian Nurso pun menghampiri Farma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *