Euforia Bersholawat Mahasiswa Dalam Penutupan Masa Perkuliahan Semester Genap Di STAI Al-Anwar

Rembang, Narasi Garda Pena– Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar, Sarang, Rembang, mengadakan sholawat sebagai penutup masa perkuliahan semester genap pada Rabu (14/6). Acara tersebut turut mengundang beberapa tokoh penting seperti Habib Anis Syahab dan Muhammad Mas’ud Shahat (Qori’ Internasional).
Terlihat juga KH. Abdul Ghofur Maimoen selaku pengasuh pondok pesantren al-Anwar 3 sekaligus ketua STAI Al-Anwar, serta seluruh civitas akademika STAI Al-Anwar hadir untuk meramaikan acara STAI Bersholawat.
Sebelum bersholawat acara diisi dengan pelantikan Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) serta pembacaan Surat Keputusan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dibacakan oleh Mohammad Luthfil Anshori, selanjutnya disambung dengan pembacaan ikrar pengabdian oleh Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) Labib Qudsi Ali yang diikuti oleh seluruh peserta yang dilantik.
Usai pelantikan acara dibuat hening dengan lantunan ayat suci al-Quran oleh Muhammad Mas’ud Shahat kemudian dilanjutkan mauidhah hasanah oleh KH. Aminoto Sa’doellah yang merupakan salah satu dosen STAI al-Anwar. Beliau menyampaikan ceramah dengan selingan humor yang menambah meriah suasana pada acara tersebut, beliau menyampaikan.
“Di depan ini ada ashāb al-yamīn (sahabat-sahabat kanan) dan ashāb al-syimāl (sahabat-sahabat kanan) tidak tahu yang kanan atau yang kiri haha. Sholawat itu ternyata membuka jalan hidup kita semua, sholawat itu menerangi apa saja yang kita hadapi. Kemudian banyak kita temukan variasi sholawat di Jawa, seperti sholawat munjiyat dan sholawat fatih, hingga Jawa pedesaan itu ada namanya sholawat buyariah, karena orang desa jika kundangan itu setiap akan pulang atau bubar disholawati dahulu haha.”
Beliau melanjutkan, “Ternyata sholawat itu bisa mengumpulkan kita semua. bisa kita lihat panggung-panggung konser itu perlahan tersisihkan, kalah pamor dan gebyarnya dengan sholawat. Dulu transformasi kesenian dan hiburan masyarakat itu asalnya ketoprak, wayang, dan dangdutan. Begitu ada sholawat semuanya kelihatan mahjub (hilang) diganti dengan sholawat. Sholawat di kundangan bisa membubarkan orang, sedangkan sholawat disini bisa mengumpulkan orang-orang. Biasanya perkara itu begitu, perkara hebat bisa saja berarti sebaliknya. Seperti halnya pisau itu hebat untuk mengiris tapi hebat juga untuk membunuh. Kaidahnya Fiqih ituألامر بسيع نهي ان لده perintah terhadap sesuatu itu sama juga dengan larangan terhadap sebaliknya. Jika diperintah untuk makan artinya dilarang untuk tidak makan, sholawat hebatnya seperti itu, saya khawatir kalau sholawat disalahgunakan. Potensi untuk distruktif itu sama hebatnya, orang yang hebat bisa menciptakan sesuatu, kalau dia nyeleweng bisa menghancurkan sesuatu. Jadi perkembangan sholawat itu hebat sekali. Ada orang Jawa untuk sholat saja susah namun sholawatnya rajin. Semoga dengan sholawat kita berkumpul dengan para masyayikh dan para habaib.”
Usai mauidhah hasanah saatnya menuju puncak acara, yaitu sholawat bersama Habib Anis Syahab, gema sholawat yang meriah membuat seluruh civitas akademika STAI Al-Anwar bergembira dan turut melantunkan sholawat dengan kompak. Ditambah bendera merah putih yang diayunkan oleh mahasiswa membuat pemandangan semakin ramai dan menarik. Berbeda kondisi saat mahāl al-qiyām di lantunkan terlihat sebagian besar mahasiswa terbawa suasana sendu hingga meneteskan air mata, ketulusan dalam merindu, menyanjung dan menanti syafaat Nabi Muhammad SAW.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH. Rofiq Musa, Habib al-Kaff, dan KH. Abdul Ghofur Maimoen, secara bergantian hingga acara selesai.
Penulis: Muhammad Wahyu R A