Lora Ismail Al-Kholilie Mengenai Fenomena Kriminalisasi Guru: Momentum Introspeksi untuk Semua Pihak
Sarang, Narasi Garda Pena– Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirun As-Salafi Al-Kholili Bangkalan, yaitu Lora Ismail Amin Al-Kholil sampaikan mengenai arti seorang guru dan tantangan yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini. Pendapat tersebut disampaikan setelah event Pekan Pustaka VI yang diselenggarakan pada Sabtu (21/12) di Sport Center Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar Sarang rampung digelar.
Pada kesempatan tersebut, Lora Ismail memberikan tanggapan mengenai fenomena yang baru beredar yaitu tentang ‘Kriminalisasi terhadap Guru’ yakni guru dituduh melakukan kriminalitas atas tindakan yang dilakukan kepada muridnya berupa pukulan, cubitan, dan lain sebagainya. Menurutnya, kejadian tersebut perlu perhatian khusus dan menjadi bahan introspeksi untuk semua pihak.
“Ini merupakan ajang introspeksi bagi kita semua,” ujar Lora Ismail.
Lora juga mengingatkan bahwa sikap seorang murid adalah harus memiliki rasa hormat dan berbaik sangka terhadap tindakan yang dilakukan gurunya.
“Guru merupakan sosok yang harus dihormati dan dihargai,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Lora Ismail juga menuturkan tentang bagaimana peran dan langkah yang seharusnya ditempuh guru dalam mendidik murid-muridnya.
“Tentu kita tidak boleh mengunakan kekerasan yang bisa menyakiti atau bahkan melukai murid. Generasi mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Jadi, cara mendidiknya pun berbeda. Terkadang memang membutuhkan kesabaran yang lebih besar untuk menghadapi mereka. Pun dalam hal mendidik, didiklah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang,” tambah Lora Ismail.
Di sisi lain, Lora Ismail mengungkapkan rasa prihatinnya mengenai tindakan gegabah yang dilakukan dari berbagai pihak dalam kasus ini. Menurutnya perlu ada evaluasi dari berbagai kalangan baik dari pihak guru, murid, orang tua murid, maupun masyarakat sekitar ketika memang teradapat tindakan guru yang terbukti berlebihan dalam menerapkan hukuman.
“Masyarakat perlu menyadari pentingnya menghormati guru. Sayangnya, di masa ini rasa hormat kepada guru sudah semakin berkurang. Masalah-masalah sepele sering kali langsung dilaporkan tanpa upaya penyelesaian yang arif. Padahal guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang berperan besar dalam membentuk karakter anak bangsa,” terangnya.
Oleh karena itu, Lora Ismail mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi permasalahan. Segala bentuk konflik antara guru dan murid sebaiknya diselesaikan dengan cara yang bijaksana, tanpa harus melibatkan hukum, kecuali dalam kasus-kasus tertentu yang memang berat. Lora juga menambahkan bahwa setiap hal atau kejadian pasti terdapat sebuah hikmah yang terkandung di dalamnya.
“Allah Subhānahu wa Ta’ālā tidak akan menampakkan sesuatu jika itu tidak memiliki hikmah,” tegas penulis buku Catatan dari Tarim tersebut.
Sebagai penutup Lora Ismail sampaikan harapannya terhadap pendidikan di era sekarang, baik dari pihak yang menjalankan pendidikan maupun pihak luar yang terlibat. Lora juga mengingatkan tentang ajaran Rasulullah, bahwa yang muda harus menghormati yang tua dan yang tua harus menyayangi yang muda.
“Semoga kita semua ke depannya dapat membagun hubungan yang lebih harmonis dan lebih erat lagi, dengan saling meperhatikan sesama, menyayangi murid, dan menghormati guru,” harap Lora Ismail.
Reporter: Lathifah Gangga Rosyida dan Ilma Nazihah