Pada Sebuah Selat Sunda

oleh: Uta Panandang

Pada Sebuah Selat Sunda

Ada sebuah mimpi pada selat Sunda

Terbiasa dengan kesunyian angin

Hembusan menusuk relung hati

Mengoyak hati yang menjerit

Indah, namun tentang kebersamaan

Layaknya kapal Fery yang selalu membersamai si selat

Iri melihatnya, membayangkan daku yang seorang diri

Ingin rasanya berdamai dengan Selat Sunda

Daku belum waktunya terjawab

Semesta masih merahasiakan bukan?

Ombak memberi pesan perjuangan

Air tak ubahnya berdiam diri

Hidup terus melangkah dan berkembang

Seketika, semangat di Merak pun bergelora

Kelana Muda

Bangkauni sebagai saksi niat daku

Kelok terjal dilampaui

Tapak demi tapak pun berlalu

Usia biji jagung berfaidahkah?

Bukan tujuan namun tuntutan

Demi apa?

Demi mereka yang bermimpi

Mengapa harus daku?

Estafet perjuangan bukan?

Letih, lelah hal biasa

Desa demi desa diambah

Negeri demi negeri dilist

Sayat kelana melata

Dasawarsa terlewati makna kelana masih abstrak

Tak semudah imajinasi, tak seindah khayalan belaka

Batin dan saraf motoric bersinggungan, itu hal yang lazim

Tak sesabar Nabi Ayub, tapi mencoba

Tak sekuat Ibunda Hajar, tapi mengharuskan

Rihlah akan berlabuh ketika Mentari menyapa Teletubies

Namun, sebuah konklusi itu hanya dunia fantasi

Bagimana anologi sesungguhnya?

Kota Barokah

Hingga akhirnya kaki berpijak di kota barokah

Kota di Pesisir pantai Laut Jawa inilah yang kumaksud

Kota kecil yang mengemban mimpi

Lantunan Nadzom suatu hal yang biasa terdengar

Antri suatu tradisi yang tersemai

Sederhana identicnya kehidupan sini

Segala kelelahan yang kelap dirindu

Walau panas namun teduh di hati

Senyuman masyayikh terasa madu yang candu

Cita dan cinta pun bersemai

Pagar-pagar tersatir rapi di benak santri

Ingat tujuan dari rumah, menjadi semboyan khas

Baca Juga:  Cahaya Keadilan

Bukan tak berdaya, namun bermain perantara Rabbnya

Makna barokah sesungguhnya ditemukan

Walau isyarat mimpi sang kharismatik

Telah tiada namun selalu hidup di hati

Ridha tujuan utama di kota barokah

Akankah misteri terungkap di kota ini?

Sarang, 2020

Rahasia `Ain

Hai kamu pemilik mata sayu

Senyum pepsodent sebagai ciri khasnya

Pulpen yang selalu di saku menjadi atributnya

Iya kamu, pemilik jiwa tenang dan menenangkan

Jauh sebelum kelana ini berlabuh pada sang tuan

Banyak ranting yang harus dipatahkan

Inisial A yang masih menjadi rahasia Ilahi

Yang selalu mengusik ingatanku

Yang hadir dalam sujudku padaNya

Sosok yang kunantikan selama ini

Sang pengobat lara,

Penunutun menujuNya

Lafal “Ain” mengandung hikmah..

Dari `Ain yang abstrak menuju `Ain yang nyata

Iya kamu adalah `Ainku,

Keajaiban yang aku tunggu selama ini

Penantianku akanmu seakan penantian Khadijah akan Muhammad

Harapanku akan kita pun seperti kisah panutan umat sedunia

Suatu saat, sang `Ain

ku ingin meyaksikan senja Selat Sunda bersamamu

Sarang, 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *