Laksanakan Program Kerja Bersama, DEMA Dan SEMA STAI Al-Anwar Selenggarakan Seminar Politik

Sarang, Narasi Garda Pena– Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar menggelar Seminar Politik dengan tema “MAHASISWA DAN POLITIK MENINGKATKAN PARTISIPASI MAHASISWA UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK.” Seminar tersebut diselenggarakan di Auditorium Gedung Maimoen Zubair (MZ) STAI Al-Anwar pada Sabtu pagi hingga sore (19/04).
Pemateri seminar tersebut adalah Ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Anshor Rembang, HM. Nadhif Shidqi, Lc., Dosen Universitas Brawijaya, Romel Masykuri, S.H.I., M.IP., dan Koodinator Wilayah (Korwil) Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) Jawa Timur, Syarif Husain Bafaqih, S.Stat.
Pada materi pertama dengan tema “Melek Politik Sebagai Kunci Demokrasi,” gus Nadhif (Sapaan akrabnya), menjelaskan alasan indonesia memilih sistem demokrasi.
“Demokrasi merupakan pilihan, dan sebuah sistem negara ekonomi sosial dalam mengambil keputusan. Indonesia memilih demokrasi sampai sekarang karena dari dulu sudah ada konsensus atau kesepakatan dengan menjadikan indonesia sebagai negara demokrasi,” jelasnya.
Namun, gus Nadhif juga mengingatkan bahwa demokrasi bukanlah segalanya.
“Perlu diketahui bahwa demokrasi bukan segala-galanya, karena melihat banyak negara yang menganut demokrasi malah bobrok atau buruk. Maka dari itu, tradisi demokrasi harus dilestarikan dengan mengingat etika berdemokrasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, gus Nadhif menjelaskan bahwa sistem demokrasi Indonesia cenderung bersifat demokrasi transaksional.
“Indonesia menganut demokrasi transaksional, di mana keputusan politik didominasi oleh transaksi politik atau pertukaran kepentingan antara elit politik dan masyarakat. Sehingga ada dampak negatif khusunya bagi masyarakat dan kita sebagai mahasiswa,” ujarnya.
Adapun materi kedua tentang “Mahasiswa sebagai Katalisator Perubahan Sosial,” Rumail menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam dunia politik.
“Bergeraknya mahasiswa merupakan sebuah langkah awal dari perubahan sosial. Dengan campur tangan mahasiswa ke dalam dunia politik, nantinya akan lahir sebuah gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tersebut dari dulu hingga sekarang dianggap sebagai salah satu kekuatan politik karena mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan, agen intelektual, serta agen kontrol sosial,” tuturnya.
Rumail juga menyinggung tujuan santri dan kiai dalam perpolitikan bukan untuk meluaskan kekuasaan, tetapi untuk mengingatkan pejabat serta melindungi rakyat kecil. Banyak strategi yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya ikut terjun ke dunia politik.
“Seperti dalam proses pembuatan Undang-Undang (UU) Pesantren, di mana (santri dan kiai) harus ikut terjun ke dalam dunia politik,” ucapnya.
Dosen UB tersebut berpesan, para mahasiswa tidak perlu menggubris segala bentuk intimidasi yang mereka terima. Kritik terhadap kekuasaan pasti ada hambatan, baik dari internal maupun eksternal.
Pemateri ketiga, Syarif Husain membawakan materi dengan tema “Kritik Tanpa Solusi: Tantangan dan Peluang Mahasiswa dalam Merespons Kebijakan Politik.” Ia menyampaikan bahwa idealisme merupakan modal utama mahasiswa untuk menyampaikan kritik terhadap peraturan atau kebijakan yang merugikan serta tidak berpihak kepada mahasiswa. Salah satu sarana untuk menyampaikan kritik tersebut adalah aktif dalam organisasi mahasiswa. Korwil FL2MI tersebut mengajak mahasiswa untuk aktif di organisasi mahasiswa sebagai bentuk partisipasi dalam dinamika politik kampus. Dengan partisipasi tersebut, diharapkan mahasiswa dapat peka terhadap dinamika politik luar karena kampus merupakan miniatur negara.
Seminar tersebut mengundang DEMA se-Rembang dan SEMA se-Semarang Raya. Wakil Ketua (Waket) III bidang Kemahasiswaan, Mohammad Luthfil Anshori Lc., M.Ud, turut hadir memberikan sambutan di awal acara.
Reporter: M. Arya Khadarfi, Faiqul Khija, M. Sa’id Nabhan