Peran dan Kekuatan Perempuan sebagai Dalang dalam Kehidupan

guru perempuan

NarasiGardaPena_ Tribuana Wijayatunggadewi adalah seorang sosok perempuan terkemuka dalam sejarah Majapahit. Ia adalah penguasa ketiga Kerajaan Majapahit dan penguasa perempuan pertama di masa kerajaan tersebut. Ia adalah putri dari pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya dan Gayatri. Sosok perempuan yang luar biasa ini memiliki persamaan dengan Mamah Nadia Jirjis, ibu nyai Pondok Pesantren Al-Anwar 3. Mamah Nadia Jirjis adalah wanita yang tegas, lemah lembut, penuh tekad, dan berjuang di jalan Allah untuk kesejahteraan para santri dan murid. Ratu Tribuana digambarkan sebagai sosok ratu yang anggun, lemah lembut, yang berjuang untuk kesejahteraan rakyat, yang memiliki jiwa kepahlawanan, dan memimpin kerajaan Majapahit.

Emansipasi perempuan yang kuat telah ditunjukkan sejak masa kerajaan Majapahit hingga sekarang. Perempuan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginan masing-masing. Perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk menggunakan potensi mereka sebaik dan semaksimal mungkin. Ini membuktikan bahwa seorang wanita mampu dan berhak atas semua karier, bahkan yang biasanya didominasi oleh laki-laki. Sebenarnya, seorang wanita dapat berkembang sesuai dengan keinginannya, asalkan ia mengerti di mana tempat dan posisinya. Seorang wanita dapat berkecimpung di dunia politik, pendidikan, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Baca Juga: Peringati Hari Guru Nasional, HMP PGMI Adakan Seminar Pendidikan

Seperti Mamah Nadia Jirjis, yang memprovokasi para santri untuk mengaplikasikan program zero waste, yaitu konsep yang mengajak untuk meminimalisir sampah dengan mendorong perancangan daur ulang hingga program ini berhasil diterapkan di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 putri. Mamah Nadia Jirjis juga berkiprah dalam dunia pendidikan dengan mendirikan “Umar Harun”, sebuah lembaga pendidikan formal dari jenjang Taman Pendidikan Anak-anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Akhir (SMA). Hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang wanita, ia memiliki kekuatan untuk menjadi penggerak dan pemimpin. Ia sangat menginspirasi para perempuan untuk membangkitkan kepercayaan diri dan memperlihatkan keunikan diri masing-masing. Oleh karena itu, seorang perempuan terbukti dapat mengambil peran dalam dunia ini dengan kepribadian yang baik, keberanian, rasa kepercayaan diri, serta keseimbangan antara ilmu duniawi dan ukhrawi.

Baca Juga:  Guru: Sang Pahlawan Mencerdaskan Generasi Bangsa

Oleh:
‘Aina Tusamma Salsabila lahir di Kota Blitar atau dijuluki kota Bung Karno, Alumnus Pondok Pesantren Bustanul Muta’alimat, Santri Pondok Pesantren Al-Anwar 3. | IG: @ainasalsabl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *