“TIKUS BERDASI”

Korupsi

Karya: Arifa & Naila

 

Disebuah ruangan kecil berukuran 45 cm dengan nuansa cream yang mencolok sudah cukup bising dikarenakan ocehan para makhluk kecil berkaki empat. Mereka sering berjalan dengan menyusuri loteng, genting dan menginjak kayu yang sudah rapuh tapi tak kunjung rubuh. Itu semua mereka lakukan seolah-olah mereka sedang memantau keadaan negaranya. Para makhluk kecil itu tak henti-hentinya membicarakan tentang sepotong keju yang harganya melonjak dikarenakan pemasokan keju menipis.

“Hey, bukankah negara dengan segala percikan surga ini sudah lama berkembang tapi tak kunjung juga maju?” Ucap salah seorang tikus yang berbadan gempal dengan mulut yang tak pernah kosong dari sepotong keju.

“Mengapa tuan Rock bisa menyimpulkan seperti itu?” sang tikus kecil berbaju hijau menimpali ucapan sang atasan.

“Tidakkah kalian perhatikan tikus-tikus betina yang terus saja berkembang biak memenuhi kota. Dan apakah kau lupa sama putramu yang baru saja keluar untuk melihat dunia dengan segala fatamorgana ini? Tapi, saya turut prihatin. Banyak dari negara lain yang memuji negara kita adalah negara yang merdeka, rakyatnya santun, bahkan kita sendiri selalu mendendangkan lagu kemerdekaan kita. Kenyataanya masih banyak rakyat yang kekurangan pangan, pendidikan, apakah itu bisa dikatakan negara yang maju?” Sekumpulan tikus berdasi itu mengindahkan ucapan tuannya, tapi tidak dengan Boby. Mereka semua diam setelah salah satu dari mereka menanyakan solusi dari masalah tersebut.

“Hem, begini saudara, apa kita mengambil sebagian uang kas negara saja untuk dibagi merata pada rakyat kecil yang membutuhkan?” Sang Tuan Gempal Rock angkat suara setelah lamanya terjadi keheningan dalam ruangan. Usulan yang baru saja dilontarkan si Gempal tadi menimbulkan pro-kontra antar anggota terutama si Boby kecil yang menolak usulan tersebut. Tapi, keputusan akhir mereka menyetujui usulan sang Tuan Rock tersebut.

Baca Juga:  Politi-Gus

Waktu terus berjalan dan bantuan benar-benar diluncurkan di desa-desa tikus itu. Para rakyat amat sangat gembira, mereka menganggap si Gempal bak seorang Robin Hood yang menjadi pahlawan bagi mereka. Salah seorang dari mereka mendapati ada sebuah kejanggalan dengan peluncuran bantuan tersebut. Pasalnya, untuk mengambil bantuan pangan tersebut mereka tetap harus membayar walaupun tak sebanding dengan harga jual barang tersebut. Pun di desa sebelah tidak ada bantuan yang datang. Si tikus yang merasa ganjil dengan keadaan tersebut lantas mengadu pada Boby. Boby terkejut mendengarkan pengakuan dari tikus tersebut. Boby marah. Segala pikiran negatif muncul dikepala Boby. Ternyata Tuannya tidak benar-benar memenuhi janji tersebut.

Setelah keadaan dirasa tenang Boby segera menemui tuan gempalnya itu, betapa terkejutnya Boby dengan segala kemewahan yang ada di dalam rumah Tuannya itu. Tangan Boby mengepal meninju dinding kecil yang ada di sampingnya.

“Bedebah, dasar kau penghisap darah” Rock terkejut dengan kedatangan anak buahnya secara tiba-tiba.

“Apa yang kau bicarakan Boby? Duduklah sini mari kita bicarakan dengan kepala dingin” ucap Rock dengan wajah sedikit pias. Rock menduga anak buahnya itu sudah mengetahui kebohongan yang disembunyikan rapat-rapat olehnya. Tetapi, Rock tetap bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Tidak usah berkelit lidah. Kau pembohong, penipu. Kau kemanakan uang rakyat? Dengan senyum melecehkan Boby melanjutkan perkataannya “aku tau, berkacalah! Tubuhmu sekarang tambah gempal tak salah lagi pasti kau yang MEMAKAN UANG RAKYAT!!!” teriak boby tepat di depan wajah Rock. Setelah Boby meminta pertanggung jawaban dari Rock, Boby pergi menuju desa untuk menemui rakyatnya tersebut dan menjelaskan apa yang terjadi. Boby merasa kasihan melihat nasib para rakyat,  mereka korban dari Rock. Mereka bodoh, mereka sudah beranggapan bahwa Rock adalah pahlawan. Panjang lebar Boby menjelaskan duduk permasalahan tersebut. Tapi diakhir penjelasan Boby, salah satu dari rakyat tikus itu menyahut “jika sudah begini, dia harus ditahan atau dipertahankan?”.

Baca Juga:  Atas Nama Santri

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *