Potret Kepemimpinan Ideal Ala Harun Al-Rashid

“Saya tidak bangga dengan keberhasilan yang tidak saya rencanakan sebagaimana saya tidak akan menyesal atas kegagalan yang terjadi di ujung usaha maksimal.”

Harun Ar-Rasyid

Kepemimpinan dan pemimpin, termasuk pengertian dan karakteristik penting dari seorang pemimpin yang sukses. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, pemimpin adalah seseorang yang menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang baik dan mampu memimpin dan memotivasi orang lain dengan baik. Jadi kepemimpinan adalah bentuk dari cara kerja, sedangkankan pemimpin adalah subjek atau pelakunya. Pemimpin harus memiliki karakteristik tertentu, diantaranya: visi; kepercayaan diri; empati; kemampuan komunikasi yang baik; adil; inspiratif; dan inovatif.

Salah satu tokoh yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam kepemimpinan adalaah Harun al-Rashid. Khalifah kelima dari dinasti Abbasiyah. Harun al-Rashid bin Muhammad al-Mahdi bin al-Manshur al-Abbasi Abu ja’far, lahir di Rey pada tahun 763M. Ayahnya merupakan khalifah ketiga dinasti Abbasiyah dan kakaknya bernama Musa al-Hadi adalah khalifah yang keempat. Pada masa pemerintahan ayahnya Harun al-Rashid mendapat kepercayaan untuk memimpin ekspedisi militer dalam penyerangan Bizantium sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 779-780 M dan 781-782 M. Sebelum diangkat menjadi khalifah, ia menjabat sebagai gubernur selama dua kali, di as-Saifah dan di Magribi. Pada tahun 786 M, Harun al-Rashid diangkat menjadi khalifah. Ia menggantikan saudaranya yang wafat.

Harun al-Rashid mempunyai kepribadian yang sangat mulia. Sikapnya arif, tegas, mampu mengendalikan emosi, lemah lembut dan toleran. Ia juga dikenal sebagai seorang khalifah yang suka humor. Masa kepemimpinan Harun adalah masa kejayaan dinasti Abbasiyah, bahkan pada masa itu adalah puncak kejayaan Agama Islam terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Banyak prestasi penting yang mewarnai masa pemerintahan Harun al-Rashid. Ia menjadikan kota Baghdad sebagai ibu kota dan menjadi pusat pembelajaran serta kebudayaan. Hal ini banyak menarik para cendikiawan dari seluruh penjuru dunia. Selain itu ia juga mendirikan Baitul Hikmah yang dikenal sebagai pusat penerjemahan dan pelestarian pengetahuan dari peradaban Yunani kuno, Persia dan lainnya. Pada bidang ekonomi Harun mendirikan Baitul Mal untuk mengurusi keuangan negara. Ia menunjuk wazir (menteri) yang diwakili oleh beberapa diwan.

Pertama, Diwan al-Hasanah bertugas sebagai perbendaharaan negara. Kedua, Diwan al-Azra bertugas mengurus kekayaan negara seperti emas, perak, tembaga, besi, kekayaan alam dan pertanian. Ketiga, Diwan Khazain as-Siyah bertanggung jawab atas kesejahteraan tentara. Sumber pendapatan pada masa ini berasal dari kharaj, jizyah, zakat, fai, ghanimah, usyr, dan harta lain seperti wakaf, sedekah dan harta warisan yang tidak memiliki ahli waris. Seluruh pendapatan dimasukkan ke dalam Baitul Mal dan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan pemerintahan. Pendapatan Baitul Mal dialokasikan untuk riset ilmiah dan penerjemahan buku-buku Yunani, untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Selain itu dialokasikan untuk membiayai para tahanan dalam penyediaan makanan dan pakaian musim panas dan dingin.

Baca Juga:  Feeling Beautiful in Hijab yang Tergambar pada H. R. Rasuna Said

Salah satu kisah paling populer terkait Harun al-Rashid adalah tentang pengembaraannya pada setiap malam hari melalui jalan-jalan Baghdad, Ia menyamar sebagai orang biasa. Dalam kunjungan malam tersebut, Khalifah Harun al-Rashid akan mendengarkan keluhan rakyatnya, dan mendapatkan wawasan tentang perjuangan sehari-hari rakyatnya. Kisah-kisah ini sering dikutip sebagai bukti kebijaksanaan dan kisah sayang Harun al-Rashid, dan telah menjadi bagian dari budaya populer melalui karya-karya Seribu Satu Malam.

Akhir dari kepemimpinan Harun al-Rashid diwarnai oleh konflik internal dan perselisihan suksesi. Kepergiannya untuk menghadap Sang Pencipta pada tahun 809 M menandai berakhirnya era keemasan dalam sejarah Islam, tetapi ia telah mewariskan banyak inspirasi generasi penguasa dan cendikiawan selanjutnya.

Referensi

  • Amalia, E. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gratama, 2010.
  • Gutas, Dimitri. Greek Thought, Arabic Culture: The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early ‘Abbasid Society (2nd-4th/8th-10th Centuries). Routledge, 1998.
  • Kennedy, Hugh. “Harun al-Rashid”. In Encyclopaedia of Islam, 2nd ed. Edited by P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, and W.P. Heinrichs. Brill Online, 2013.
    Penulis:  Tika Amalia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *