Hadiah Tahun Ini Masih tentang Perjuangan

perjuangan demokrasi

“Waktu itu nyata,” begitu kata Wuni saat ia menyesalkan keterlambatannya masuk sekolah. Entah apa yang membuat dirinya menyesal, yang pasti saat itu tak ada satu pun orang, bahkan gurunya memarahi keterlambatannya. Bagaimana ia menyesal adalah bagian dari jawaban atas pertanyaan yang sudah lama ia simpan, “Apa waktu itu sesuatu yang nyata? Jika iya, sudah berapa lama aku menyia-nyiakannya? Jika tidak, lalu untuk apa kehidupan ini?”

Bel istirahat berbunyi, petanda jika para siswa, termasuk Wuni merehatkan pikirannya selepas pelajaran Agama berakhir. “Manusia tidak akan rugi selagi ia menghargai waktu. Keimanan dan kesalehan adalah bagian dari menghargai waktu,” begitu Pak Sholeh menjelaskan saat di kelas.

“Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang bahkan dalam ilmu fisika sendiri tidak akan pernah ada tanpanya. Waktu itu bukan yang ada pada detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, ataupun tahun yang sering muncul dalam fisika ataupun matematika. Akan tetapi, waktu adalah kehidupanmu sendiri. Pemahaman waktu tidak pada ketentuan fisika. Fisika hanya membantu memetakan masalah dalam mendefinisikan kecepatan dan percepatan dalam hukum gerak Isaac Newton. Namun, pemetaan itu bukan tanpa arti. Dia nyata, berjalan, dan ada di sekeliling kita walaupun jarang disadari keberadaannya.” Selain agama, rupanya Pak Sholeh juga cukup memahami ilmu fisika dalam menjelaskan persoalan waktu.

“Hey! Apa yang sedang kamu pikirkan, Wuni?” sapaan yang cukup memecahkan lamunan Wuni dari seorang temannya, Renjana.

Renjana adalah laki-laki yang menjadi rekan berpikir Wuni selama di sekolah. Sedangkan Wuni sendiri adalah wanita yang gemar membaca, aktif berkegiatan, dan yang paling istimewa adalah selalu berpikir realistis. Mereka satu angkatan. Terkadang, Renjana menganggap dirinya kalah dari Wuni. Bukan tanpa alasan, Wuni hampir di setiap saatnya tidak pernah melibatkan perasaan sama sekali. Renjana hanya bisa memahami apa yang Wuni butuhkan, walaupun dirinya tahu ada perasaan yang memenangkan hatinya untuk menjadikan Wuni tahu jika dirinya mencintai Wuni.

Baca Juga:  Memendam Dendam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *